كن عالما أو متعلما أو مستمعا أو محبا و لا تكن خامسا فتهلك :: من سلك طريقا يلتمس فيه علما سهل الله به طريقا إلى الجنة (رواه مسلم) :: العلم صيد و الكتابة قيده، قيد صيودك بالحبال الواثق
Monday, September 30, 2013
Buku Baru Insists "Pluralisme Agama, Telaah Kritis Cendekiawan Muslim"
Di tengah makin maraknya konflik antarumat beragama dan juga pertanyaan mengenai nasib umat agama lain di akhirat sana, muncul pemikiran baru memberikan alternatif pandangan bagi sebagian orang. Pemikiran ini bernama pluralisme agama.
Paham ini mengangankan robohnya sekat-sekat antar agama dimana semua agama dapat berdamai dan berjalan bersama menuju keselamatan dan kebenaran yg diinginkan semua manusia. Paham ini juga mewartakan pandangan baru ttg kebenaran, bahwa semua agama adalah jalan yang sama sama sah dan sama pula benarnya menuju Tuhan yg sama.
Akibatnya kebenaran dan keselamatan menjadi begitu lumer. Setiap agama apapun nama dan bagaimana pun bentuk ritusnya, ialah sama-sama jalan yg sah menuju keselamatan dan kebenaran yg diangankan sebagai abadi. Buku ini mencoba memberikan jawaban bagi kerancuan paham pluralisme agama tersebut. Bahwa tidaklah benar kebenaran dan keselamatan ada di semua agama.
Buku ini diikhtiarkan untuk menjawab pandangan-pandangan rancu yg membahayakan akidah ini.
Tertarik dengan buku ini?
Silahkan hubungi Pimpin Bandung di :
ITB (085659030344)
Unpad (08891031933 / 087822856032)
UPI (08990220222)
Unikom (08891031933)
Atau ke
085720238886 (Bandung)
087725750239 (Ciamis dan sekitarnya)
kategori tulisan:
'Aqidah Crisis,
book,
Insists,
Liberal,
PIMPIN,
Pluralisme
Friday, September 20, 2013
Dakwah Persis di Pelosok Sumatera (Sumsel, 4/7/13-29/7/13)*
Dakwah adalah entitas takterpisahkan dari Islam, sebab eksistensi risalah Allah di muka bumi amat bergantung padanya. Dakwah Islamiyah yang berlangsung sejak lebih dari 14 abad yang lalu –untuk mengingatkan manusia akan siapa dirinya, penciptanya, apa tujuan hidupnya, serta berbagai konsekuensinya-- itu masih akan terus berlangsung meski Islam sudah menjadi salah satu agama terbesar di dunia, sebab konfrontasi antara haqq dan bathil akan terus terjadi selama pancang bumi masih kokoh.
Di sisi lain, dakwah juga menjadi tanggungjawab sosial setiap muslim yang dapat berimplikasi pada terciptanya sebuah tatanan masyarakat yang ideal, yaitu masyarakat madani, yang manusianya ta’at menjalankan kehendak Penciptanya. Bahkan menurut M. Natsir dakwah merupakan unsur terpenting dalam membangun sebuah peradaban. Kata Beliau dalam sambutannya terhadap buku terjemahan “Ilmu Da’wah” karya Dr. Abdul Karim Zaidan:
Di sisi lain, dakwah juga menjadi tanggungjawab sosial setiap muslim yang dapat berimplikasi pada terciptanya sebuah tatanan masyarakat yang ideal, yaitu masyarakat madani, yang manusianya ta’at menjalankan kehendak Penciptanya. Bahkan menurut M. Natsir dakwah merupakan unsur terpenting dalam membangun sebuah peradaban. Kata Beliau dalam sambutannya terhadap buku terjemahan “Ilmu Da’wah” karya Dr. Abdul Karim Zaidan:
“Adalah suatu fakta sekarang ini, bahwa da’wah merupakan lapangan yang sangat penting dan utama sekali, baik dilihat dari pandangan agama maupun dari segi pertumbuhan bangsa yang sedang membangun. Makin banyak masyarakat membicarakan pembangunan makin terasa bagaimana ketergantungannya pada manusia, faktor insan yang amat menentukan, apakah akan berhasil ataukah tidak?, sekian baik rencana dan cukup matang pengolahannya namun bergantung pula pada manusia yang akan melaksanakannya, sedang manusia itu adalah untuk muthlak yang tidak dapat dinilai sekedar dari segi ratio dan tenaga saja, tetapi juga dari segi dlamir dan rohaninya. Dalam hal ini Agama Islam memberikan sumbangan yang amat berharga karena dia mengandung ajaran-ajaran yang diperlukan benar oleh bangsa yang sedang membangun. Islam cukup mempunyai manhaj, suatu cara membangun manusia yang akan melaksanakan pembangunan itu. Itulah tujuan da’wah!”[1]
kategori tulisan:
'Aqidah Crisis,
Berita,
esai,
jam'iyyah,
Kristenisasi,
laporan,
Persis,
safari
Thursday, September 19, 2013
Jurig
Jurig itu kenangan masa muda dulu (masa bocah). Sekarang rasanya nonton horor tu... apa siih --.--"
Atau mungkin keseraman film horor zaman dulu benar-benar seram alias agak berkualitas ketimbang film-film horor sekarang?
Ah, tak penting itu.
Ah, tak penting itu.
Menemani keponakan berusia 3 tahun yang hobi nonton horor ala trans7, ada beberapa hal klise terkait horor Trans7 yang ingin saya statusisasi.
Trend horor Trans7 berkutat pada menanamkan keyakinan di benak pemirsa bahwa jurig adalah arwah gentayangan yang dulunya mati penasaran. Arwah tersebut masih akan terus gentayangan selama urusan dunianya belum terselesaikan. Namun yang menjadi urusan dunianya itu khas -melulu persoalan kematian tragis dan kasusnya belum terselesaikan, bukan hutang yang belum dibayar, misalnya.
Yang difilmkan itu (melulu lagi) episode yang melibatkan sekawanan remaja cewek cowok berpakaian casual, yang cewek ada yang berrok mini, juga celana denim yg dari bawah smpe atas ketatnya minta ampyun. Yang cowok berkaos distrow dan kadang berrompi atau berkupluk.
Sekawanan muda-mudi itu melakukan perjalanan jauh atau dekat yang tiba-tiba menjebak mereka pada situasi horor. Mereka terpaksa harus berada di situ untuk mengungkap misteri dan menyelesaikannya.
Salah seorang di antara mereka punya indigo -mampu melihat penampakan-penampakan yang tak nampak oleh kawan-kawannya yang lain. Dari penampakan yang dialami seorang indigo itulah cerita dimulai.
Singkat cerita, Si indigo bertugas menjadi jendela misteri karena mampu melihat penampakkan termasuk melihat kasus masa lalu si jurig, kawan-kawannya yang lain yang mengeksekusi cara-cara yang ditunjukkan si indigo secara runut. Sedikit demi sedikit misteri horor yang melibatkan mereka pun terungkap.
Akhirnya tugas membantu urusan dunia si jurig selesai. Si jurig pun mendadahi kawanan muda-mudi itu seraya mengucap terimakasih dan salam perpisahan sambil tersenyum semanis-manisnya, tak menampakkan raut muka horor lagi.
Dadahan si jurig dibalas sekawan muda-mudi yang telah menuntaskan misinya itu dengan dadahan lagi. Sampai si jurig menghilang. Karena arwahnya sudah tenang, karena kasus mati tragisnya sudah terselesaikan. Hiduplah si jurig dengan tenang di alam barzakh.
"Akhirnya..." kata mereka setelah si jurig ngaleungit -sambil senyum dan membuang napas setelah menghirupnya dalam-dalam.
Tapi,
salah seorang di antara mereka malah berlaku ceroboh dan memulai urusan dengan jurig lain.
-TAMAT-
mulailah drama baru misi penyelamatan jurig dari kerangkeng kasus kematian tragisnya di Urban Legend yang ke-2
rame pisan --.--"
Trend horor Trans7 berkutat pada menanamkan keyakinan di benak pemirsa bahwa jurig adalah arwah gentayangan yang dulunya mati penasaran. Arwah tersebut masih akan terus gentayangan selama urusan dunianya belum terselesaikan. Namun yang menjadi urusan dunianya itu khas -melulu persoalan kematian tragis dan kasusnya belum terselesaikan, bukan hutang yang belum dibayar, misalnya.
Yang difilmkan itu (melulu lagi) episode yang melibatkan sekawanan remaja cewek cowok berpakaian casual, yang cewek ada yang berrok mini, juga celana denim yg dari bawah smpe atas ketatnya minta ampyun. Yang cowok berkaos distrow dan kadang berrompi atau berkupluk.
Sekawanan muda-mudi itu melakukan perjalanan jauh atau dekat yang tiba-tiba menjebak mereka pada situasi horor. Mereka terpaksa harus berada di situ untuk mengungkap misteri dan menyelesaikannya.
Salah seorang di antara mereka punya indigo -mampu melihat penampakan-penampakan yang tak nampak oleh kawan-kawannya yang lain. Dari penampakan yang dialami seorang indigo itulah cerita dimulai.
Singkat cerita, Si indigo bertugas menjadi jendela misteri karena mampu melihat penampakkan termasuk melihat kasus masa lalu si jurig, kawan-kawannya yang lain yang mengeksekusi cara-cara yang ditunjukkan si indigo secara runut. Sedikit demi sedikit misteri horor yang melibatkan mereka pun terungkap.
Akhirnya tugas membantu urusan dunia si jurig selesai. Si jurig pun mendadahi kawanan muda-mudi itu seraya mengucap terimakasih dan salam perpisahan sambil tersenyum semanis-manisnya, tak menampakkan raut muka horor lagi.
Dadahan si jurig dibalas sekawan muda-mudi yang telah menuntaskan misinya itu dengan dadahan lagi. Sampai si jurig menghilang. Karena arwahnya sudah tenang, karena kasus mati tragisnya sudah terselesaikan. Hiduplah si jurig dengan tenang di alam barzakh.
"Akhirnya..." kata mereka setelah si jurig ngaleungit -sambil senyum dan membuang napas setelah menghirupnya dalam-dalam.
Tapi,
salah seorang di antara mereka malah berlaku ceroboh dan memulai urusan dengan jurig lain.
-TAMAT-
mulailah drama baru misi penyelamatan jurig dari kerangkeng kasus kematian tragisnya di Urban Legend yang ke-2
rame pisan --.--"
JIL < Transformasi Akhir Penggalau | Tangani Penggalau Mula dengan Persuasi
Ada orang menderita kegalauan berat saat berada pada fase remaja akhir memasuki usia dewasa. Kegalauan yang dialami oleh sebagian banyak orang ini biasanya ditandai oleh sikap apatis terhadap hidup, yang tak jarang membuatnya berperilaku aneh. Manakala orang lain seusianya giat dalam berbagai aktivitas, ia cendrung murung atau justru sebaliknya melakukan apa yg hanya ingin dilakukannya.
Pada saat itu mereka bisa mudah terpengaruh oleh apa yang datang dari luar atau malah justru sebaliknya sulit menerima apa yang dari luar dirinya, lebih suka melakukan apa yang ia mau.
Mereka sedang mempertanyakan berbagai hal mendasar dalam hidup.
Mereka yang tidak mendapatkan penanaman identitas diri yang cukup sejak dini dari orang tuanya sebagai lingkungan pertamanya akan mengakumulasikan pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian meledakkannya manakala lingkungan tak mampu memberikannya jawaban yang memuaskan.
Pertanyaan-pertanyaan mendasar dalam hidup inilah hal utama yang sesungguhnya perlu dijawab para penyeru aqidah haniif.
Terhadap mereka ini baiknya dilakukan persuasi. Lebih banyak mendengar untuk membantu memecahkan problem mereka, termasuk di antaranya menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar soal agama. Mengapa begini, mengapa begitu.
Setelah melewati masa-masa kritis itu mereka yang tak mendapatkan jawaban memuaskan ada yang teralihkan perhatiannya oleh aktivitas-aktivitas kebanyakan muda-mudi lainnya, menguapkan pertanyaan-pertanyaan tersebut begitu saja, namun ada juga yang malah balik mnyerang apa yang semula tidak mampu memberinya jawaban memuaskan. Yang terakhir ini akan menjadi ancaman yang berarti terhadap Islam karena bisa merusak dari dalam. Maka tak jarang kita temukan banyak pemuda muslim yang sudah pandai mencaci agamanya sendiri, yang jika terus dibiarkan akan mengkristal hingga dewasa. Hasilnya? lihat produk-produk galau itu pada organisasi yang menamakan diri mereka Jaringan Islam Liberal.
Tapi sayangnya cara persuasi ini sering diabaikan orang yang menamakan dirinya sebagai ummatan yaduuna ilal khayr wa ya`muruuna bi l-ma'ruuf wa yanhauna 'ani l-munkar. Akibatnya mereka ini masih dan akan selalu sendirian di lingkungannya, tak mampu memberikan perubahan berarti, karena jualan mereka tak disukai konsumen. Ia melulu hanya berteman dengan sesamanya, tapi lingkungannya tak pernah berubah. Wujuduhu ka'adamihi kalau kata pepatah Arab. Atau bahkan mereka yang menjadi seperti bangkai ikan di lautan yang rasanya berubah asin?
Pada saat itu mereka bisa mudah terpengaruh oleh apa yang datang dari luar atau malah justru sebaliknya sulit menerima apa yang dari luar dirinya, lebih suka melakukan apa yang ia mau.
Mereka sedang mempertanyakan berbagai hal mendasar dalam hidup.
Mereka yang tidak mendapatkan penanaman identitas diri yang cukup sejak dini dari orang tuanya sebagai lingkungan pertamanya akan mengakumulasikan pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian meledakkannya manakala lingkungan tak mampu memberikannya jawaban yang memuaskan.
Pertanyaan-pertanyaan mendasar dalam hidup inilah hal utama yang sesungguhnya perlu dijawab para penyeru aqidah haniif.
Terhadap mereka ini baiknya dilakukan persuasi. Lebih banyak mendengar untuk membantu memecahkan problem mereka, termasuk di antaranya menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar soal agama. Mengapa begini, mengapa begitu.
Setelah melewati masa-masa kritis itu mereka yang tak mendapatkan jawaban memuaskan ada yang teralihkan perhatiannya oleh aktivitas-aktivitas kebanyakan muda-mudi lainnya, menguapkan pertanyaan-pertanyaan tersebut begitu saja, namun ada juga yang malah balik mnyerang apa yang semula tidak mampu memberinya jawaban memuaskan. Yang terakhir ini akan menjadi ancaman yang berarti terhadap Islam karena bisa merusak dari dalam. Maka tak jarang kita temukan banyak pemuda muslim yang sudah pandai mencaci agamanya sendiri, yang jika terus dibiarkan akan mengkristal hingga dewasa. Hasilnya? lihat produk-produk galau itu pada organisasi yang menamakan diri mereka Jaringan Islam Liberal.
Tapi sayangnya cara persuasi ini sering diabaikan orang yang menamakan dirinya sebagai ummatan yaduuna ilal khayr wa ya`muruuna bi l-ma'ruuf wa yanhauna 'ani l-munkar. Akibatnya mereka ini masih dan akan selalu sendirian di lingkungannya, tak mampu memberikan perubahan berarti, karena jualan mereka tak disukai konsumen. Ia melulu hanya berteman dengan sesamanya, tapi lingkungannya tak pernah berubah. Wujuduhu ka'adamihi kalau kata pepatah Arab. Atau bahkan mereka yang menjadi seperti bangkai ikan di lautan yang rasanya berubah asin?
Wallaahu A'lam bi sh-Shawaab_
#refleksi
kategori tulisan:
'Aqidah Crisis,
Liberal,
on my mind
Wednesday, September 18, 2013
Siapa Dina Y. Sulaeman?? (3)
Terkait kisruh Suriah yang mencuat ke permukaan beberapa bulan lalu –termasuk di antaranya rilis berita beberapa media mainstream Islam Indonesia soal tokoh-tokoh Syi’ah di Indonesia yang mesti diwaspadai--, saya membuat catatan tentang kronologi bagaimana akhirnya saya mengenal salah seorang di antaranya, yaitu Dina Y. Sulaeman, mesti tak secara langsung. Catatan tersebut bisa dibaca di sini.
Visitor blog saya kontan meningkat tajam hanya karena tulisan tersebut --tulisan tersebut hingga bisa menempati halaman pertama di search engine ketika dicari--, maka lantas beberapa waktu lalu saya membuat sebuah tulisan kecil untuk saya bagi di grup komunitas menulis saya di Facebook terkait bagaimana akhirnya blog saya itu dapat memeroleh kunjungan yang fantastis dari para pengguna internet.
Saya pun lalu posting tulisan tersebut di grup komunitas menulis dan kemudian memostingnya kembali di blog pribadi saya ini dengan beberapa perubahan dan tambahan (tulisan tersbut bisa dibaca di sini) Dalam tulisan tersebut saya membuat link ke tulisan soal kronologi mengenal Dina, juga menulis salah satu paragrafnya di antaranya berbunyi sebagai berikut:
Visitor blog saya kontan meningkat tajam hanya karena tulisan tersebut --tulisan tersebut hingga bisa menempati halaman pertama di search engine ketika dicari--, maka lantas beberapa waktu lalu saya membuat sebuah tulisan kecil untuk saya bagi di grup komunitas menulis saya di Facebook terkait bagaimana akhirnya blog saya itu dapat memeroleh kunjungan yang fantastis dari para pengguna internet.
Saya pun lalu posting tulisan tersebut di grup komunitas menulis dan kemudian memostingnya kembali di blog pribadi saya ini dengan beberapa perubahan dan tambahan (tulisan tersbut bisa dibaca di sini) Dalam tulisan tersebut saya membuat link ke tulisan soal kronologi mengenal Dina, juga menulis salah satu paragrafnya di antaranya berbunyi sebagai berikut:
kategori tulisan:
ceritaku,
curcol,
Dina Y. Sulaeman,
Konflik Suriah,
opini
Tuesday, September 3, 2013
Benih Nasionalisme, Sebuah Sintesis Sayah :D
Saya tiba-tiba berpikir...
Mungkin, dulunya benih-benih 'nasionalisme' (atau apalah namanya) itu muncul dari sebuah tuntutan untuk act locally (you surely know this phrase "Think Globally Act Locally" which means "Berpikirlah secara global, bertindaklah secara lokal.")
(Tuntutan untuk act locally ini pun sebenarnya sejalan dengan prinsip mu'amalah yang diajarkan dalam Islam. Prinsip mu'amalah dalam Islam mengutamakan kerabat ketimbang orang jauh. Dalil tentang ini pun sangat banyak kita temui)
Yang membuatnya menjadi sebuah isme (ideologi) --yang oleh sebagian orang ditempatkan dalam posisi sebuah 'keyakinan' yang harus mengorbankan diri karenanya; yang karenanya juga sebagian lainnya menentangnya karena berani-berani berusaha mencoba menyejajari otoritas tuhan dengan ideologi buatan manusia yang mesti dikuduskan-- adalah kecintaan yang 'berlebihan', takberalasan, dan konyol.
Bagaimana tidak disebut takberalasan dan konyol? Adalah na'if bila seseorang dituntut untuk mengorbankan diri demi bangsa, takjelas apa atau siapa yang harus dibela --nama bangsanya kah; pemerintahnya kah; atau rakyatnya --yang tentu dalam memilih mana yang kudu dibela menurut Islam pun harus pilih-pilih.
Karena ketakjelasan itu maka tak jelas pula apa manfaatnya; apa yang bisa kita terima dari pengorbanan itu --apakah kecintaan dan pengorbanan itu dapat menyelamatkan kita di kehidupan ini dan kehidupan yang akan datang atau tidak? Betapa tidak dikatakan konyol berkorban mati-matian untuk sebuah ketakjelasan. Malah justru berusaha menyejajari otoritas Tuhan dengan sesuatu yang tidak memiliki otoritas adalah kebodohan dan kekonyolan terbesar yang dalam Islam menjadi kesalahan besar dan mampu mengategorikan pelakunya sebagai pelaku dosa teratas.
Kita pun tahu dari sirah bahwa betapa kaum muhajirin (termasuk Rasulullah Saw.) dulu begitu merindukan Makkah alMukarramah tanah kelahiran mereka, dan menangis terharu kegirangan ketika futuh Makkah mengantarkan mereka kembali ke sana.
Namun cinta ini tentu bukan cinta yang mengarahkan para pecintanya untuk memberhalakannya sehingga menomorsatukannya di atas segalanya.
Tentu rasa mencintai sesuatu karena telah lama membersamai kita itu sebuah kodrat. Terlebih Makkah bagi Muhajiriin adalah kenangan paling berkesan yang ditinggalkan para punggawa risalah Allah sejak dulu, sejak Allah mengutus NabiNya Ibrahim As.
Mungkin, dulunya benih-benih 'nasionalisme' (atau apalah namanya) itu muncul dari sebuah tuntutan untuk act locally (you surely know this phrase "Think Globally Act Locally" which means "Berpikirlah secara global, bertindaklah secara lokal.")
(Tuntutan untuk act locally ini pun sebenarnya sejalan dengan prinsip mu'amalah yang diajarkan dalam Islam. Prinsip mu'amalah dalam Islam mengutamakan kerabat ketimbang orang jauh. Dalil tentang ini pun sangat banyak kita temui)
Yang membuatnya menjadi sebuah isme (ideologi) --yang oleh sebagian orang ditempatkan dalam posisi sebuah 'keyakinan' yang harus mengorbankan diri karenanya; yang karenanya juga sebagian lainnya menentangnya karena berani-berani berusaha mencoba menyejajari otoritas tuhan dengan ideologi buatan manusia yang mesti dikuduskan-- adalah kecintaan yang 'berlebihan', takberalasan, dan konyol.
Bagaimana tidak disebut takberalasan dan konyol? Adalah na'if bila seseorang dituntut untuk mengorbankan diri demi bangsa, takjelas apa atau siapa yang harus dibela --nama bangsanya kah; pemerintahnya kah; atau rakyatnya --yang tentu dalam memilih mana yang kudu dibela menurut Islam pun harus pilih-pilih.
Karena ketakjelasan itu maka tak jelas pula apa manfaatnya; apa yang bisa kita terima dari pengorbanan itu --apakah kecintaan dan pengorbanan itu dapat menyelamatkan kita di kehidupan ini dan kehidupan yang akan datang atau tidak? Betapa tidak dikatakan konyol berkorban mati-matian untuk sebuah ketakjelasan. Malah justru berusaha menyejajari otoritas Tuhan dengan sesuatu yang tidak memiliki otoritas adalah kebodohan dan kekonyolan terbesar yang dalam Islam menjadi kesalahan besar dan mampu mengategorikan pelakunya sebagai pelaku dosa teratas.
Kita pun tahu dari sirah bahwa betapa kaum muhajirin (termasuk Rasulullah Saw.) dulu begitu merindukan Makkah alMukarramah tanah kelahiran mereka, dan menangis terharu kegirangan ketika futuh Makkah mengantarkan mereka kembali ke sana.
Namun cinta ini tentu bukan cinta yang mengarahkan para pecintanya untuk memberhalakannya sehingga menomorsatukannya di atas segalanya.
Tentu rasa mencintai sesuatu karena telah lama membersamai kita itu sebuah kodrat. Terlebih Makkah bagi Muhajiriin adalah kenangan paling berkesan yang ditinggalkan para punggawa risalah Allah sejak dulu, sejak Allah mengutus NabiNya Ibrahim As.
'alaa kulli haal, itulah mengapa sifat ghuluw/ishraf (berlebihan) itu dicela dalam Islam. Karena ia dapat seketika mendekatkan para pelakunya kepada dosa teratas yang dapat membuat Empunya otoritas tertinggi -Allah Swt. murka.
wallaahu a'lamu bish-shawaab_
kategori tulisan:
'Aqidah Crisis,
filsafati,
kontemplasi,
nasionalisme,
on my mind,
opini
Monday, September 2, 2013
Teori Menulis Efektif Temuan Pemula (hohoho... :D)*
Meski ini (Siapa Dina Y. Sulaeman?? (1)) tulisan sederhana yang sekedar curhatan (bukan tulisan ilmiah), --saya heran- ternyata mampu menyedot perhatian lebih dari 1100 pembaca dan beberapa komentar, lain dengan tulisan-tulisan di blog saya lainnya yang umumnya baru hanya dikunjungi oleh kurang dari 20 pembaca. Karena tulisan yang dimuat kurang dari tiga bulan yang lalu ini kontan visitor blog saya meningkat tajam hampir 100 persen, dari hanya 3000an sejak tahun 2011, kini jadi 5600an hanya dalam waktu kurang dari 3 bulan. Disusul oleh lanjutan tulisan ini (Siapa Dina Y. Sulaeman?? (2)) yang memeroleh lebih dari 500an pembaca. Bagi saya yang masih pemula di dunia kepenulisan, ini capaian yg luar biasa. Padahal saya takpernah share tulisan ini di facebook yang memungkinkan dapat dibaca oleh banyak teman-teman saya.
Jadi, semoga menulis menjadi passion semua muslim (baca: QS al-Qalam dan tafsirnya), sebab semakin sini semakin teknologi informasi menjadi gaya hidup orang semakin rajin membaca. Bisa kita bayangkan betapa sebuah tulisan yang inspiratif pahalanya akan berlipat-lipat sampai kita mati, multi level pahala. Yok, terus berlatih! Wallaahu a'lam_
*saya tahu judul ini tak cocok :D
Respon pembaca terhadap tulisan ini umumnya baik. Ada di antaranya yang mendapat pencerahan dan bersyukur karena menemukan tulisan ini, ada juga yang memberi apresiasi karena kejujuran dan ketidak-buru-buruan saya dalam menilai seseorang. Walau saya sadar pada beberapa bagian masih ada yang kurang enak dibaca karena diksi yang taktepat.
Awalnya saya sempat kuatir Dina jadi unfriend atau block saya di FB, sampai sekarang pun masih kuatir sebetulnya, kuatir kalau takbisa pantau aktivitasnya lagi. Sebab kecil kemungkinan beliau yang pemerhati media (jurnalis) tak menemukan tulisan yang muncul di temuan teratas di search engine ini :| ), tapi tak apalah, ini era demokrasi yang siapapun bebas berpendapat. Dina pun menulis pendapatnya dengan bebas (seenaknya), maka tak apa saya utarakan opini saya.
Dari capaian yang bagi saya luar biasa ini (seratus persen dalam kurang dari tiga bulan), saya menemukan bahwa ternyata popularitas sebuah tulisan ditentukan oleh: Pertama, judul apa yang kira-kira banyak dicari orang di search engine. Ini penting, mengingat sebuah tulisan yang 'visioner' bertujuan memengaruhi orang. Semakin banyak orang yang terpengaruh dengan tulisan tersebut, maka semakin baik. Cover buku yang baik akan menarik pelanggan. Judul tulisan yang baik pun sama.
Awalnya saya sempat kuatir Dina jadi unfriend atau block saya di FB, sampai sekarang pun masih kuatir sebetulnya, kuatir kalau takbisa pantau aktivitasnya lagi. Sebab kecil kemungkinan beliau yang pemerhati media (jurnalis) tak menemukan tulisan yang muncul di temuan teratas di search engine ini :| ), tapi tak apalah, ini era demokrasi yang siapapun bebas berpendapat. Dina pun menulis pendapatnya dengan bebas (seenaknya), maka tak apa saya utarakan opini saya.
Dari capaian yang bagi saya luar biasa ini (seratus persen dalam kurang dari tiga bulan), saya menemukan bahwa ternyata popularitas sebuah tulisan ditentukan oleh: Pertama, judul apa yang kira-kira banyak dicari orang di search engine. Ini penting, mengingat sebuah tulisan yang 'visioner' bertujuan memengaruhi orang. Semakin banyak orang yang terpengaruh dengan tulisan tersebut, maka semakin baik. Cover buku yang baik akan menarik pelanggan. Judul tulisan yang baik pun sama.
Biasanya, ketika suatu isu sedang jadi trending topic --misal terkait tokoh Syiah satu ini yg saya tulis saat media merilis nama tokoh-tokoh syi'ah Indonesia, yang banyak dicari dan diketik orang di sebuah search engine adalah kata "siapa" dilanjut dengan nama orang yg dicari informasi tentangnya (ini untuk subjek manusia, kalau subjeknya benda bisa menggunakan "apa itu (bla-bla-bla...)" dan komponen 5W-1H lainnya yang merupakan representasi tuntutan kepenasaranan seseorang).
Kalau boleh jujur, sebetulnya judul yang termasuk tampilan teratas di gugel ketika dicari ini (coba ketik: "siapa Dina Y. Sulaeman" atau "Dina Y. Sulaeman" atau yang terkait di gugel) saya buat tanpa sengaja. Ini memang benar-benar tulisan yang berusaha mencari tahu siapa itu Dina Y. Sulaeman, bukan sebaliknya --menjawab pertanyaan siapa beliau itu. Kedua, tulisan tersebut membahas topik yang sedang hangat. Ketiga, gaya menulis. Keempat, baru gagasan.
Jadi, semoga menulis menjadi passion semua muslim (baca: QS al-Qalam dan tafsirnya), sebab semakin sini semakin teknologi informasi menjadi gaya hidup orang semakin rajin membaca. Bisa kita bayangkan betapa sebuah tulisan yang inspiratif pahalanya akan berlipat-lipat sampai kita mati, multi level pahala. Yok, terus berlatih! Wallaahu a'lam_
"Aku, sebutir biji baru matang yang berusaha menggeliat mengeluarkan tunasnya di tengah-tengah hiruk pikuk penguasaan wacana oleh 'Barat' yang hegemonik. Meski begitu kecil, harapanku begitu besar."
*saya tahu judul ini tak cocok :D
kategori tulisan:
belajar ngagas,
filsafati,
menulis efektif,
on my mind
Subscribe to:
Posts (Atom)
biarkan terbang
Rabbiy, izinkanlah energi positifMu senantiasa mengalir bersama tiap-tiap sel darah merah dalam tubuhku, melewati setiap milinya sehingga energi itu akan senantiasa mengiringi setiap hela nafas serta serat-serat otot kakiku untuk berlari kencang kemudian terbang mencari cintaMu,,,,