Friday, June 14, 2013

Siapa Dina Y. Sulaeman?? (1)

Dina Y. Sulaeman?? Siapa?
Tulisan ini bukan untuk menjawab siapa itu Dina Y. Sulaeman, namun semacam 'curhatan' pencarian. Begitulah.

Mungkin ada di antara pembaca yang tidak mengenal beliau. Tapi beliau ini cukup terkenal di kalangan orang-orang yang concern dengan media, jurnalisme, dan pemikiran. (saya pun sebetulnya belum lama mengenal beliau, he)
_____
Beberapa bulan yang lalu (entah beberapa pekan yang lalu, lupa kapan tepatnya), saya menemukan sebuah status yang beliau tulis dari news feed facebook yang saya lupa itu hasil like atau share-an salah seorang teman saya yang mana.

Saya bisa bedakan mana tulisan yang baik dan tidak walau saya akui saya belum termasuk ke dalam kategori 'lihai'. Singkat kata, Karena saya tertarik dengan tulisan dalam status tersebut, saya add saja empunya status. Syukur,  friendlist beliau saat itu belum full (sebab sekarang sudah full). Tak lama, saat membuka kembali akun facebook beberapa jam setelahnya saya lihat notification ternyata beliau sudah confirm friend request saya, alhamdulillaah. Ini termasuk cepat, sebab umumnya "orang penting" jarang menghiraukan friend request orang yang biasa-biasa saja alias nggak terlalu/ enggak penting.

Selanjutnya, saat saya  scroll mouse sedikit ke bawah, saya temukan status-status 'renyah' beliau. Saya masih ingat saat itu salah satu status beliau soal peluncuran buku terbarunya berjudul "Prahara Suriah" yang diterbitkan oleh Pustaka IIMaN yang di covernya terpampang beberapa wajah yang terlibat termasuk Bashar alAsad yang tepat berada di tengah-tengah covernya.

Saya like status tersebut (karena saya kagum sama orang-orang yang punya karya, hhe). Kemudian saya langsung komentari status tersebut, "Buku ini apa masuk juga ke toko buku Tisera Bu?", seketika beliau langsung balas komentar saya berikut mention nama saya, "Oh, di Tisera Jatos ya, insyaAllah ada.. :)" katanya. Sudah balasnya cepat (banyak juga yang berkomentar dan memang dibalas dengan balasan serupa), mention nama saya, pake emoticon, lhaa tau pula yang saya maksud itu Tisera Jatos… Bu Dina ini ramah sekali, memangnya siapa saya.. :P. kali aja beliau stalking2 saya dan liat kalau "kita itu satu almamater", kalii aja, :D

Finally, karena penasaran saya stalking balik akun facebook beliau. Ternyata beliau ini seorang alumni sastra Arab Unpad juga. Ya, 'kita' memang satu almamater. Beliau juga menyantumkan studi magister di jurusan Hubungan Internasional (HI) Unpad di information-about-nya. Setahu saya juga melaui status-status facebook lainnya, beliau kini juga sedang sibuk mengurusi administrasi mempersiapkan kelanjutan kuliah doktoralnya di jurusan yang sama di Unpad setelah mendapat restu dari suami beliau, katanya.

Saya semakin senang saja, karena jarang-jarang saya menemukan seorang lulusan sastra Arab, perempuan, kritis, intelektual, produktif menulis, dan sudah menerbitkan cukup banyak buku.
Buku-buku beliau sering saya lihat mejeng di Tisera (sebelumnya saya memang sangat familiar dengan nama beliau karena memang buku-bukunya yang mejeng di sana cukup banyak), di antaranya buku best seller "Doktor Cilik, Hafal dan Faham Quran" (pada tau buku ini kan??), termasuk yang saya lihat cukup lama mejeng di rak best seller Tisera sampai terakhir hari saya ke sana beberapa hari yang lalu, sebuah buku lanjutan Doktor Cilik ada (juga) buku "Bintang-bintang Penerus Doktor Cilik" yang diterbitkan IMaN (ini penerbit anak entah cucunya Mizan) yang dikemas dengan "gold edition", kemudian ada yang pernah menarik minat saya yaitu buku berjudul "the Journey to Iran". Saya tertarik dan penasaran dengan buku tersebut sebelum saya kenal penulisnya karena sebelumnya saya tahu sedikit mengenai megahnya peradaban Persia melalui Tasaro GK dalam dwilogi novelnya "Muhammad" yang latar waktu kisahnya bertepatan dengan zaman diutusnya Rasulullah di negeri Arab. Keadaan politik di Persia saat itu sedang kacau beliau. Salah seorang tokohnya, seorang arsitek perancang menara …… dan AC alami pertama, yang saya kagumi dalam novel tersebut bernama Astu, kekasih tokoh utama, Kashva 'Sang pengeja hujan'.

Cukup di situ.

Saya kemudian hanya like dan like status-status beliau soal aktivitasnya sehari-hari yang mengomentari isu-isu hangat lokal maupun internasional, termasuk status tetang aktivitas beliau di komunitas menulis yang dibentuknya bersama tetangga-tetangga beliau, juga soal parenting yang sangat inspiring. Banyak juga tip-tip menulis yang beliau share dan jadi ilmu baru buat saya.

Nah, beberapa waktu yang lalu belum lama ini saat saya scroll news feed, saya menemukan satu gambar separuh wajah Bu Dina bersama seorang pria berjas hitam yang wajahnya disamarkan (Tulisan ini juga diposting dalam blog beliau, 10 tulisan terakhir {hingga saat ini} juga dalam website Global Future Institute), tulisan tersebut berisi wawancara beliau dengan seorang nara sumber yang juga seorang jurnalis senior berdomisili Suriah membicarakan 'apa yang sebenarnya terjadi di sana'. Menurut penuturannya, beliau bisa bertemu dengan orang tersebut atas jasa seorang teman. Gambar bertulisan tersebut bisa muncul di newsfeed saya karena beliau mengomentari posting salah satu fanpage yang memposting berita tersebut.

Setelah selesai membaca tulisan tersebut ada beberapa hal yang cukup mengganjal dalam benak saya, yaitu soal kaum pemberontak Jabhah an-Nushrah pihak oposisi Basyar Assad. Pihak ini identik dengan menyerukan Khilafah, namun ternyata menurut narasumber tersebut mereka banyak melakukan pembunuhan yang keji dan brutal.

Karena saya cukup dibuatnya bertanya-tanya, akhirnya gambar bertulisan tersebut saya share sekalian mention beberapa nama yang saya kira bisa memberi informasi terkait dua kata yang cukup menganjal di benak saya itu yakni "Khilafah" dan "Syi'ah", beberapa aktivis penyeru Khilafah dari Hizbut Tahrir, juga seorang peneliti yang banyak menulis terkait Syi'ah termasuk di dalamnya. Dalam postingan yang saya share tersebut saya hanya memberi pengantar "what do you think? Saya jadi makin bingung, nyimak aja..". Maksudnya, saya ingin tanya pendapat mereka terkait wawancara tersebut. Sebab saya tahu gaung Khilafah begitu masif terdengar dari Suriah, Hizbut Tahrir begitu optimis dengan suara-suara tersebut (suara-suara yang tidak hanya menginginkan revolusi, namun mengingkan berdirinya Daulah Khilafah Rasyidah dari Bumi Syam).

Tulisan hasil wawancara Bu Dina tersebut jelas membuat saya keheranan dan bingung, karena itu saya ingin meminta penjelasan dari kawan-kawan saya tersebut sebab saya masih sangat awam soal ini. Beberapa mengomentari langsung. Di antaranya ada seorang kawan yang begitu tertarik dengan dunia militer dan konspirasi, beliau pernah nyaris masuk TNI, namun gagal. Beliau juga menulis tentang konspirasi, intelijen, dan hal-hal terkait dalam novelnya berjudul "The Black". Selain itu beliaupun memiliki banyak kenalan di US Army dan beberapa pejuang yang pernah pergi ke medan Jihad afghanistan untuk ikut bertempur. Ohya, saya juga mention beliau karena beliau seorang yang tertarik dengan gagasan HT dan banyak diskusi dengan aktivis HT semasa kuliahnya di Telkom. Intinya menurut beliau, kita tidak boleh percaya begitu saja pada informasi demikian apalagi pewawancara tersebut hanya mengambil narasumber dari satu pihak saja, tentu ini tidak bisa dikatakan berimbang apalagi dikatakan mewakili keseluruhan pihak yang terlibat dalam konflik tersebut. Begitu banyak pihak yang terlibat di sana, ini bukan hanya soal Sunni dan Syi'ah tapi juga banyak lainnya. Lanjut beliau, kita akan sulit membedakan siapa yang benar dan siapa yang salah, jadi kita tidak usah ingin menentukan kita akan berpihak ke mana. Seorang kawannya yang pernah ikut misi jihad di Afghanistan, sepulangnya dari sana, ketika ditanyai siapa itu Taliban, ia pun tidak bisa menjawabnya. Dia malah kebingungan untuk siapa dia berjuang.

Sementara itu, menurut seorang aktivis HT, kita baru akan bisa menganalisisnya setelah konflik berakhir. Pikir saya, "Kapan konflik ini berakhir??"

Seorang lagi yang saya tag dalam postingan tersebut yang kebetulan sedang mengerjakan tugas kuliahnya terkait Syi'ah langsung tag saya dalam postingan gambar dalam statusnya yang berisi obrolan joke yang --dibuatnya sendiri, antara dua tokoh besar Syi'ah yang beliau beri judul "Syi'ah Imamah". Nah, di antara nama yang beliau tag ada yang berkomentar dan menyebut-nyebut nama Dina Y. Sulaeman, kemudian saya komentari dengan pertanyaan "Ada apa dengan Bu Dina? Sepertinya saya ketinggalan banyak berita ya, :D ". Empunya status langsung balas komentar saya, "Coba berdiskusi dengan (sambil mention satu nama), beliau seorang peneliti Syi'ah yang dipunyai Insists", kemudian (melalui inbox) si empunya status langsung kirimi saya link http://tokohsyiah.wordpress.com/ yang di dalamnya ada beberapa biografi tokoh-tokoh Syi'ah diantaranya direktur Mizan Haidar Bagir, Jalaluddin Rakhmat, termasuk Dina Y. Sulaeman.

Lainnya, kebetulan beliau ini yang direkomendasikan untuk saya bisa berdiskusi soal Syiah dengan beliau yang juga yang saya mention di postingan saya, beliau langsung chat saya, katanya, "Hati-hati dengan buku Syi'ah". Beliau sebelumnya memang pernah saya tanyai terkait Pak Munif Chatib --seorang pakar Multiple Intelligence yang banyak terinspirasi Bobbi DePorter dan Mike Hernacky, beliau telah banyak menulis buku di antaranya "Gurunya Manusia", "Sekolahnya Manusia", dan lain2 yang diterbitkan Kaifa publishing (anak entah cucunya Mizan yang dipimpin oleh Haidar Bagir, seorang Syi'ah)-- saat beliau posting link tulisan terbaru di websitenya ke facebook terkait Pendidikan Islam, sebuah resensi dan bedah atas buku berjudul تعليم المتعلم , beliau menjawab bahwa Munif Chatib itu terindikasi Syi'ah. Selain itu tulisan2nya tentang pendidikan juga lebih banyak berdasar kepada humanisme sebagaimana tulisan-tulisan 'Quantum'nya Bobbi DePorter dalam "Quantum Learning" dan "Quantum Business" yang pernah saya baca. Di antara yang mesti dikritisi dalam tulisan Munif Chatib adalah soal kedudukan guru yang banyak diungkapkan dalam buku Quantum BobbiDePorter bahwa seorang guru atau pimpinan dan siswa atau bawahan adalah setara, duduk sama rendah berdiri sama tinggi, yang bertentangan dengan konsep Islam, bahwa guru memiliki otoritas, perlakuan yang diberikan kepada orang-orang tergantung pada kedudukan dan kapasitas ilmunya.

Nah, lalu beliau saya jawab, "Baik, insyaAllah Ustadz, saya saat ini perlu banyak sekali amunisi. Saya sedang pelajari tulisan-tulisan terkait di website Ustadz, Syukran". Beliau jawab "طيب" (ok!). Sebetulnya jawaban saya ini memang karena saking awamnya saya hehe :D, sebab untuk bertanya pun saya butuh banyak informasi, pakai ilmu.

Kembali pada Bu Dina, Kabarnya Beliau memang pernah tinggal menetap bersama suaminya di Iran selama beberapa tahun dan bekerja untuk media Iran di sana, beliau juga banyak ikut terlibat dalam aksi-aksi Ahlul Bayt Indonesia. (ini menurut orang yang pernah ng'inbox saya)

Sekarang, tujuan saya membuat posting ini adalah: saya ingin mengajak antum mahasiswa sastra Arab (karena 'kita' mestinya lebih peka terhadap permasalahan-permasalah seperti ini) dan keluarga akademisi Persatuan Islam Unpad dalam grup ini khususnya serta pembaca pada umumnya untuk sama-sama menyoroti persoalan yang saya ajukan ini. Caranya: pertama, saya ingin antum (kalau baru tahu) pelajari tulisan-tulisan Bu Dina lewat blog beliau http://dinasulaeman.wordpress.com/ ambil-lah barang 10 tulisan terakhir beliau. Kemudian setelah itu saya ajukan pertanyaan, "siapa kita? kita ini berada di pihak mana?" terlebih saat saya membaca tulisan beliau berjudul "Sunni= Takfiri?"

Ini saya tanyakan sebab saya sendiri sempat kebingungan saat membaca beberapa artikel beliau kemudian disandingkan dengan beberapa informasi yang pernah saya peroleh sebelumnya (yang memang masih sangat minim), saya "merasa" bahwa tulisan-tulisan beliau 'cukup' objektif/berimbang. "Perasaan" saya ini, mungkin memang karena kejahilan saya, dalam arti saya belum punya cukup informasi untuk mampu bersikap kritis dan selektif.

Beberapa kawan termasuk peneliti Insists untuk Syi'ah tersebut memperingatkan saya soal ini ("hati2 terpengaruh", begitu intinya), mungkin yang menjadi soal adalah saya belum punya cukup data/informasi untuk terasosiasi ke arah sana, informasi sementara yang saya miliki saat ini belum cukup mengarahkan saya pada kesimpulan bahwa Bu Dina ini adalah seorang Syi'ah.

Baca lanjutannya: Siapa Dina Y. Sulaeman? (2) dan Siapa Dina Y. Sulaeman?? (3)

biarkan terbang

Rabbiy, izinkanlah energi positifMu senantiasa mengalir bersama tiap-tiap sel darah merah dalam tubuhku, melewati setiap milinya sehingga energi itu akan senantiasa mengiringi setiap hela nafas serta serat-serat otot kakiku untuk berlari kencang kemudian terbang mencari cintaMu,,,,