كن عالما أو متعلما أو مستمعا أو محبا و لا تكن خامسا فتهلك :: من سلك طريقا يلتمس فيه علما سهل الله به طريقا إلى الجنة (رواه مسلم) :: العلم صيد و الكتابة قيده، قيد صيودك بالحبال الواثق
Thursday, November 10, 2011
Friday, October 7, 2011
bingkisan buat pak rektor
nyatanya institusi pendidikan tinggi negeri Unpad belum mampu memberikan pelayanan terbaik terhadap mahasiswanya,,,
Unpad belum mampu memenuhi kewajibannya sebagai lembaga pendidikan yang menjadi 'green house' bagi tumbuhkembang anak bangsa. yang dalam fase 'rawan' ini seharusnya mereka (mahasiswa.pen_) mendapat berbagai siraman nutrisi yang menunjang potensinya agar dapat tereksplorasi sehingga intelengensinya benar-benar berkembang.
entah sistem apa yang berlaku di institusi pendidikan tinggi seperti Unpad, saya rasa Unpad tak lebih hanya bangunan-bangunan megah dan kokoh yang berdiri di atas tanah 750 Ha, yang tak mampu mengeksplorasi potensi-potensi manusia yang sedang berkembang itu.
dua juta rupiah yang dibayarkan merata di setiap fakultas per-semesternya tidak menghasilkan sarana-prasana dan kualitas tenaga pengajar yang dapat menunjang idealisme dan daya kritis mahasiswa secara merata, ia tidak mampu memberi sajian segar bagi mahasiswa yang sedang berada pada fase peralihan remaja>dewasa (fase ideal dengan perkembangan daya khayal dan intelektual yang tinggi).
fase ini merupakan saat yang tepat bagi manusia untuk mengaktivasi seluruh bagian otaknya, lalu mengoptimalkan neokorteksnya (yaitu bagian dari otak manusia selain dari otak reptilia dan otak amphibi/sistem limbik) yang dengan ini manusia menjadi spesies yang unik.
neokorteks inilah yang dalam bahasa Arab dinamakan 'al-aqlu' menempatkan manusia pada posisi makhluq (ciptaan) Allah swt. yang paling mulia, karena dengan neokorteks ini manusia dapat berfikir dengan tingkat inteligensi tinggi. karena potensi tersebut, maka dalam al-Quran dijelaskan, hanyalah manusia yang mampu diamanahi sebagai pemangku tugas kekhalifahan di muka bumi.
nah, dengan potensi inilah seorang mahasiswa layaknya mampu berfikir mendalam mengenai dirinya. ia seharusnya mampu memepertimbangkan kemanfaatan atas segala hal yang akan atau sedang ia lakukan.
dilihat dari sudut pandang pendidik
seorang tenaga pendidik seharusnya memahami bahwa fase ini merupakan fase strategis yang mesti dimanfaatkan, karena ada pepatah mengatakan bahwa 'the world depend on the hands of youth'.
dan kini, di sekitar 16an fakultas, memang tak sedikit tenaga pendidik bergelar magister, doktor, bahkan profesor, namun di antara ratusan bahkan ribuan tenaga pendidik tersebut hanya segelintir orang mampu menjadi tenaga pendidik sebagaimana mestinya. ada yang memiliki keterampilan mendidik dan memraktekkannya, ada pula yang yang mungkin ia memiliki keterampilan itu, namun ia tidak punya 'misi' untuk mencerdaskan anak bangsa, sehingga apa yang ia lakukan tak lebih hanya sekedar memeberikan ceramah yang membuat mahasiswa mengantuk, setelah itu keluar dari kelas, mahasiswa pun keluar dengan sel otak yang tak bertambah, lalu, di awal bulan dosen itupun menerima gajinya. heheh...
kita bisa bedakan antara mengajar dan mendidik. tenaga pendidik jauh lebih memiliki tanggungjawab yang besar. mendidik adalah suatu proses transformasi nilai, suatu usaha memanusiakan manusia, artinya seorang pendidik harus memiliki tanggung jawab dalam hal pendewasaan seorang individu hingga ia menjadi seorang yang mapan, yang mampu bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. seorang pendidik seyoginya memahami karakteristik tiap individu (anak didiknya), karena tiap individu itu unik dengan latar belakang kehidupan mereka yang beragam. pemahaman tenaga pendidik akan hal ini tentu akan membantu proses transformasi nilai tersebut, sehingga setiap peserta didik dengan mudah dapat menerima nilai-nilai yang ditransformasikan si pendidik. ini kemudian berimplikasi pada perubahan taraf emosi dan inteligensi anak didik tersebut. ini sudah barang tentu akan menggenjot kedewasaan perserta didik sehingga ia mampu menjadi manusia yang memiliki rasa tanggung jawab terhadap dirinya bahkan sekitarnya.
kenyataan yang ada sebagai bukti kecil, di institusi pendidikian TINGGI, tradisi contek-menyontek masih terjadi pada peserta didik setingkat MAHAsiswa, yang pada fase ini seharusnya mereka telah mampu mengoptimalkan seluruh bagian otaknya, sehingga kecerdasan yang ia miliki ia tempatkan sesuai dengan porsinya. pada fase ini orang-orang yang digelari mahasiswa tersebut layaknya memahami dan benar-benar berfikir tentang hakikat hidupnya. dalam hal kehidupan mahasiswa, ia seharusnya memahami hakikat perginya ia ke sebuah institusi pendidikan. dan pemahaman ini diejawantahkan ke dalam proses belajar yang didasari dengan penuh rasa tanggungjawab, baik terhadap dirinya sendiri, orang tuanya, institusi pendidikan tempat ia menuntut ilmu, terlebih kepada masyarakat dan dunia.
terhadap dirinya, ia fahami bahwa dirinya mampu memberikan kebermanfaatan yang berarti bagi lingkungannya sebagai manusia yang mulai tumbuh dewasa dengan permasalahan yang setiap saatnya terus berkembang mewarnai hidupnya, dan ini tidak dapat ia atasi kecuali dengan wawasan yang luas, karena itu ia akan senantiasa siap sedia mengikuti proses belajar dengan penuh tanggung jawab.
terhadap orang tuanya, ia seyogianya faham bahwa orangtuanya senantiasa menginginkan yang terbaik untuk buah hatinya, ia ingin anaknya menjadi sosok yang bertanggung jawab dan memberikan kebermanfaatan, karena hal inilah yang akan membuat mereka (orang tua) meneteskan air mata bahagianya.
_____________________________________________
sekedar curcol
dua juta rupiah, dibayarkan tiap semesternya merata di setiap fakultas, nyatanya, fasilitas (sarana-prasarana) yang bisa menunjang kegiatan pendidikan tidak tersebar secara merata, sistem pembayaran yang terkesan tidak adil. saya, sebagai anak sastra seolah seperti tulang punggung bagi fakultas lain yang siap menyubsidi mereka (subsidi silang), akhirnya, Fasa tetap dengan bangunannyanya yang masih original dan student center yang 'mendrakula', papan nama fakultas pun tak ada, uang praktikum yang dulu hanya dibayarkn hingga semester tertentu, kini dari semester awal hingga akhir jumlahnya stagnan atau bahkan mungkin suatu saat naik, dengan fasilitas praktikum yang tak seberapa dibandingkan dengan fakultas lain, kondisi yang mengkhawatirkan, tak terawat, banyak kerusakan headset sana-sini, membuat proses belajar terganggu.
tenaga pendidik yang selayaknya di sebuah institusi pendidikan, para tenaga pendidik dibekali pendidikan mendidik, sehingga mahasiswa dapat merasakan bahwa dirinya sedang duduk di kursi di ruangan itu dalam keadaan fokus belajar, dengan aktif dan responsif, sehingga mahasiswa akan benar2 memahami ilmu yang disampaikan, dan tentu ini akan membuahkan nilai-nilai tersendiri bagi peserta didik, sehingga diharapkan kedepannya ia akan mampu menggenggam dunia dengan tangannya.
alih-alih tenaga pendidik profesional, selain lebih dari 50% orang-orang yang digelari 'mahasiswa' itu masih gemar menyontek dan tidak memahami orientasi belajarnya, ternyata masih banyak tenaga pengajar (bukn pendidik. pen_) yang aneh. masih banyak yang memberi penilaian secara subyektif, tanpa melihat kualitas dan kapasitas pemahaman anak didik. ada pula yang memberikan nilai secara 'tembak' karena malas mengukur kualitas pemahaman mereka.
"nilai" tidak lagi menjadi suatu hal yang abstrak, yang menjadi tolok ukur tingkat pemahaman seorang anak didik, tapi sudah menjadi angka yang mudah dibeli dengan murah hanya untuk mewarnai transkrip nilai. ke sananya, orientasinya ya.. palingan masalah duniawi, masalah pekerjaan, dan lupa atau bahkan tidak pernah mengingat sama sekali bahwa ia belajar untuk hidup yang lebih berkualitas, sebagaimana firman Allah:
"yarfa'illahulladziina aamanuu minkum walladziina utuul'ilma darajaat"
"Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang berilmu dan beriman di antara kamu beberapa derajat"
wallahu a'lamu bishshawab...
Unpad belum mampu memenuhi kewajibannya sebagai lembaga pendidikan yang menjadi 'green house' bagi tumbuhkembang anak bangsa. yang dalam fase 'rawan' ini seharusnya mereka (mahasiswa.pen_) mendapat berbagai siraman nutrisi yang menunjang potensinya agar dapat tereksplorasi sehingga intelengensinya benar-benar berkembang.
entah sistem apa yang berlaku di institusi pendidikan tinggi seperti Unpad, saya rasa Unpad tak lebih hanya bangunan-bangunan megah dan kokoh yang berdiri di atas tanah 750 Ha, yang tak mampu mengeksplorasi potensi-potensi manusia yang sedang berkembang itu.
dua juta rupiah yang dibayarkan merata di setiap fakultas per-semesternya tidak menghasilkan sarana-prasana dan kualitas tenaga pengajar yang dapat menunjang idealisme dan daya kritis mahasiswa secara merata, ia tidak mampu memberi sajian segar bagi mahasiswa yang sedang berada pada fase peralihan remaja>dewasa (fase ideal dengan perkembangan daya khayal dan intelektual yang tinggi).
fase ini merupakan saat yang tepat bagi manusia untuk mengaktivasi seluruh bagian otaknya, lalu mengoptimalkan neokorteksnya (yaitu bagian dari otak manusia selain dari otak reptilia dan otak amphibi/sistem limbik) yang dengan ini manusia menjadi spesies yang unik.
neokorteks inilah yang dalam bahasa Arab dinamakan 'al-aqlu' menempatkan manusia pada posisi makhluq (ciptaan) Allah swt. yang paling mulia, karena dengan neokorteks ini manusia dapat berfikir dengan tingkat inteligensi tinggi. karena potensi tersebut, maka dalam al-Quran dijelaskan, hanyalah manusia yang mampu diamanahi sebagai pemangku tugas kekhalifahan di muka bumi.
nah, dengan potensi inilah seorang mahasiswa layaknya mampu berfikir mendalam mengenai dirinya. ia seharusnya mampu memepertimbangkan kemanfaatan atas segala hal yang akan atau sedang ia lakukan.
dilihat dari sudut pandang pendidik
seorang tenaga pendidik seharusnya memahami bahwa fase ini merupakan fase strategis yang mesti dimanfaatkan, karena ada pepatah mengatakan bahwa 'the world depend on the hands of youth'.
dan kini, di sekitar 16an fakultas, memang tak sedikit tenaga pendidik bergelar magister, doktor, bahkan profesor, namun di antara ratusan bahkan ribuan tenaga pendidik tersebut hanya segelintir orang mampu menjadi tenaga pendidik sebagaimana mestinya. ada yang memiliki keterampilan mendidik dan memraktekkannya, ada pula yang yang mungkin ia memiliki keterampilan itu, namun ia tidak punya 'misi' untuk mencerdaskan anak bangsa, sehingga apa yang ia lakukan tak lebih hanya sekedar memeberikan ceramah yang membuat mahasiswa mengantuk, setelah itu keluar dari kelas, mahasiswa pun keluar dengan sel otak yang tak bertambah, lalu, di awal bulan dosen itupun menerima gajinya. heheh...
kita bisa bedakan antara mengajar dan mendidik. tenaga pendidik jauh lebih memiliki tanggungjawab yang besar. mendidik adalah suatu proses transformasi nilai, suatu usaha memanusiakan manusia, artinya seorang pendidik harus memiliki tanggung jawab dalam hal pendewasaan seorang individu hingga ia menjadi seorang yang mapan, yang mampu bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. seorang pendidik seyoginya memahami karakteristik tiap individu (anak didiknya), karena tiap individu itu unik dengan latar belakang kehidupan mereka yang beragam. pemahaman tenaga pendidik akan hal ini tentu akan membantu proses transformasi nilai tersebut, sehingga setiap peserta didik dengan mudah dapat menerima nilai-nilai yang ditransformasikan si pendidik. ini kemudian berimplikasi pada perubahan taraf emosi dan inteligensi anak didik tersebut. ini sudah barang tentu akan menggenjot kedewasaan perserta didik sehingga ia mampu menjadi manusia yang memiliki rasa tanggung jawab terhadap dirinya bahkan sekitarnya.
kenyataan yang ada sebagai bukti kecil, di institusi pendidikian TINGGI, tradisi contek-menyontek masih terjadi pada peserta didik setingkat MAHAsiswa, yang pada fase ini seharusnya mereka telah mampu mengoptimalkan seluruh bagian otaknya, sehingga kecerdasan yang ia miliki ia tempatkan sesuai dengan porsinya. pada fase ini orang-orang yang digelari mahasiswa tersebut layaknya memahami dan benar-benar berfikir tentang hakikat hidupnya. dalam hal kehidupan mahasiswa, ia seharusnya memahami hakikat perginya ia ke sebuah institusi pendidikan. dan pemahaman ini diejawantahkan ke dalam proses belajar yang didasari dengan penuh rasa tanggungjawab, baik terhadap dirinya sendiri, orang tuanya, institusi pendidikan tempat ia menuntut ilmu, terlebih kepada masyarakat dan dunia.
terhadap dirinya, ia fahami bahwa dirinya mampu memberikan kebermanfaatan yang berarti bagi lingkungannya sebagai manusia yang mulai tumbuh dewasa dengan permasalahan yang setiap saatnya terus berkembang mewarnai hidupnya, dan ini tidak dapat ia atasi kecuali dengan wawasan yang luas, karena itu ia akan senantiasa siap sedia mengikuti proses belajar dengan penuh tanggung jawab.
terhadap orang tuanya, ia seyogianya faham bahwa orangtuanya senantiasa menginginkan yang terbaik untuk buah hatinya, ia ingin anaknya menjadi sosok yang bertanggung jawab dan memberikan kebermanfaatan, karena hal inilah yang akan membuat mereka (orang tua) meneteskan air mata bahagianya.
_____________________________________________
sekedar curcol
dua juta rupiah, dibayarkan tiap semesternya merata di setiap fakultas, nyatanya, fasilitas (sarana-prasarana) yang bisa menunjang kegiatan pendidikan tidak tersebar secara merata, sistem pembayaran yang terkesan tidak adil. saya, sebagai anak sastra seolah seperti tulang punggung bagi fakultas lain yang siap menyubsidi mereka (subsidi silang), akhirnya, Fasa tetap dengan bangunannyanya yang masih original dan student center yang 'mendrakula', papan nama fakultas pun tak ada, uang praktikum yang dulu hanya dibayarkn hingga semester tertentu, kini dari semester awal hingga akhir jumlahnya stagnan atau bahkan mungkin suatu saat naik, dengan fasilitas praktikum yang tak seberapa dibandingkan dengan fakultas lain, kondisi yang mengkhawatirkan, tak terawat, banyak kerusakan headset sana-sini, membuat proses belajar terganggu.
tenaga pendidik yang selayaknya di sebuah institusi pendidikan, para tenaga pendidik dibekali pendidikan mendidik, sehingga mahasiswa dapat merasakan bahwa dirinya sedang duduk di kursi di ruangan itu dalam keadaan fokus belajar, dengan aktif dan responsif, sehingga mahasiswa akan benar2 memahami ilmu yang disampaikan, dan tentu ini akan membuahkan nilai-nilai tersendiri bagi peserta didik, sehingga diharapkan kedepannya ia akan mampu menggenggam dunia dengan tangannya.
alih-alih tenaga pendidik profesional, selain lebih dari 50% orang-orang yang digelari 'mahasiswa' itu masih gemar menyontek dan tidak memahami orientasi belajarnya, ternyata masih banyak tenaga pengajar (bukn pendidik. pen_) yang aneh. masih banyak yang memberi penilaian secara subyektif, tanpa melihat kualitas dan kapasitas pemahaman anak didik. ada pula yang memberikan nilai secara 'tembak' karena malas mengukur kualitas pemahaman mereka.
"nilai" tidak lagi menjadi suatu hal yang abstrak, yang menjadi tolok ukur tingkat pemahaman seorang anak didik, tapi sudah menjadi angka yang mudah dibeli dengan murah hanya untuk mewarnai transkrip nilai. ke sananya, orientasinya ya.. palingan masalah duniawi, masalah pekerjaan, dan lupa atau bahkan tidak pernah mengingat sama sekali bahwa ia belajar untuk hidup yang lebih berkualitas, sebagaimana firman Allah:
"yarfa'illahulladziina aamanuu minkum walladziina utuul'ilma darajaat"
"Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang berilmu dan beriman di antara kamu beberapa derajat"
wallahu a'lamu bishshawab...
Thursday, July 7, 2011
sambutlah cintaku..............................
oooo Allah.............................
pantaskah ku meminta
sementara ku belum sempurna
memenuhi tuntutan kewajibanMu,
sementara wajibMu atasku
tak kupendam dalam kalbu penuh seluruh
sementara lalai itu masih bersemayam
dalam segenap titahMu
ku masih izinkan yang lain memasuki pintu hatiku selainMu,
dan membiarkannya bebas memengaruhi segenap unsur dari ragaku
tanpa kecuali,
ku tahu Engkau Maha Kaya yaa Rabb,,
ku tahu KayaMu sejagat raya,
bahkan yang tak terindra,
Monday, July 4, 2011
"Persis" Jam'iyyah atau Firqah?????
Salahkah??? (Ketika menentukan pilihan terhadap satu model "Kendaraan" untuk mengantarkan ke "Tujuan")
Jam'iyyah atau Firqah????
Saya senantiasa berusaha untuk memandang segala hal secara objektif, jika saya mengagumi sesuatu, maka kekaguman itu akan berubah menjadi obat peningkat motivasi dan itu jadi inspirasi bagi saya, hal apapun itu dan siapapun itu.
Persis atau Persatuan Islam hanyalah sebuah nama bagi sebuah konsep yang diusung atas dasar kesamaan pola pikir dan tujuan sebagaimana halnya jam'iyyah-jam'iyyah (organisasi) lain. Persis adalah sebuah nama yang mewakili organisasi masa yang mewadahi sekelompok orang yang sungguh-sungguh mencari kebenaran. Persis adalah sebuah ormas Islam seperti halnya NU, Muhammadiyyah, PUI, dan lain-lain yang banyak berkembang di Indonesia tak terkecuali kelompok-kelompok ideologis lainnya baik berskala global maupun nasional. Saya sangat mengagumi cara mereka berjihad, sebab di sini saya menemukan bagaimana agar seseorang tidak mengamalkan ibadah yang sia-sia oleh karena tak mengenal nash-nash shahih sebagai rujukan untuk menjalani kehidupan. Saya tak pernah menemukan pisau analisis setajam orang-orang yang tergabung dalam jam'iyyah ini yang begitu selektif menyoal permasalahan keIslaman baik secara ushuliyyah yang menjadi dasar bagi persoalan furu'iyyah. Seluruhnya diusahakan agar mendekati cara-cara para salafus shalih (generasi terbaik ummat) dalam menghambakan diri kepada Allah.
Sunday, July 3, 2011
Budaya dan Fenomena Religi
Adat
istiadat sebagai salah satu produk budaya menjadi salah satu aspek yang
mempengaruhi identitas sosial. Namun hasil kebudayaan tersebut di
berbagai wilayah di dunia sudah tidak banyak mendapat perhatian, apalagi
d kota-kota besar. Pesatnya arus globalisasi sedikit demi sedikit telah
menggerus keetnisan yang ada dalam tiap individu/masyarakat.
Saat sekelompok orang mendiami sebuah tempat baik yang berasal dari suku yang sama ataupun tidak, maka seiring dengan berjalannya waktu manusia sebagai makhluk sosial mulai melakukan komunikasi satu sama lain. Dalam komunikasi itulah terjadi proses pemindahan gagasan atau ide dari seseorang ke orang lain melalui bahasa baik bahasa verbal maupun nonverbal. Dengan bahasa manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, diantaranya apa yang dibutuhkan oleh fisik maupun mentalnya. Semua itu mesti dipenuhi agar manusia dapat melanjutkan kehidupannya.
Saat sekelompok orang mendiami sebuah tempat baik yang berasal dari suku yang sama ataupun tidak, maka seiring dengan berjalannya waktu manusia sebagai makhluk sosial mulai melakukan komunikasi satu sama lain. Dalam komunikasi itulah terjadi proses pemindahan gagasan atau ide dari seseorang ke orang lain melalui bahasa baik bahasa verbal maupun nonverbal. Dengan bahasa manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, diantaranya apa yang dibutuhkan oleh fisik maupun mentalnya. Semua itu mesti dipenuhi agar manusia dapat melanjutkan kehidupannya.
Thursday, June 30, 2011
My Best Teacher => U R My Inspiration
seorang gadis kecil nan mungil dengan segenap rasa ingin tahu yang tak pernah puas,,
tiap harinya senantiasa memunculkan progres yang signifikan membuatku terkagum-kagum..
Wednesday, June 29, 2011
في الحبّ و المحبّة
في الحبّ و المحبّة
محبّة الأولى و الأخيرة كتبت في لوح المحفوظ ........
قال صديقي في الحبّ بأن معرفته فرق عند كل شخص. و ما شعرته أي شعرت بشعر غريب الذي يقال ب"الحبّ"، ما شعرته حتى الآن. ليس في أمام عينيني شخصا يعجبني و يبهر النظر قلبي.
لا بأس، قضى الله لي بحبّ الحقيقي الذي سأوقد نار الحبّ بيني و بين إلهي، هو محبّتي الأولى و الأخيرة
Subscribe to:
Posts (Atom)
biarkan terbang
Rabbiy, izinkanlah energi positifMu senantiasa mengalir bersama tiap-tiap sel darah merah dalam tubuhku, melewati setiap milinya sehingga energi itu akan senantiasa mengiringi setiap hela nafas serta serat-serat otot kakiku untuk berlari kencang kemudian terbang mencari cintaMu,,,,