Monday, July 4, 2011

"Persis" Jam'iyyah atau Firqah?????

Salahkah??? (Ketika menentukan pilihan terhadap satu model "Kendaraan" untuk  mengantarkan ke "Tujuan")


Jam'iyyah atau Firqah????


Saya senantiasa berusaha untuk memandang segala hal secara objektif, jika saya mengagumi sesuatu, maka kekaguman itu akan berubah menjadi obat peningkat motivasi dan itu jadi inspirasi bagi saya, hal apapun itu dan siapapun itu.


Persis atau Persatuan Islam hanyalah sebuah nama bagi sebuah konsep yang diusung atas dasar kesamaan pola pikir dan tujuan sebagaimana halnya jam'iyyah-jam'iyyah (organisasi) lain. Persis adalah sebuah nama yang mewakili organisasi masa yang mewadahi sekelompok orang yang sungguh-sungguh mencari kebenaran. Persis adalah sebuah ormas Islam seperti halnya NU, Muhammadiyyah, PUI, dan lain-lain yang banyak berkembang di Indonesia tak terkecuali kelompok-kelompok ideologis lainnya baik berskala global maupun nasional. Saya sangat mengagumi cara mereka berjihad, sebab di sini saya menemukan bagaimana agar seseorang tidak mengamalkan ibadah yang sia-sia oleh karena tak mengenal nash-nash shahih sebagai rujukan untuk menjalani kehidupan. Saya tak pernah menemukan pisau analisis setajam orang-orang yang tergabung dalam jam'iyyah ini yang begitu selektif menyoal permasalahan keIslaman baik secara ushuliyyah yang menjadi dasar bagi persoalan furu'iyyah. Seluruhnya diusahakan agar mendekati cara-cara para salafus shalih (generasi terbaik ummat) dalam menghambakan diri kepada Allah.


Persis sangat mengandalkan keyakinan yang mereka peroleh dengan jalan ijtihad. Mereka memegang teguh prinsip bahwa beragama itu hendaklah bertitik tolak dari dalil, yaitu al-Quran dan Sunnah, bukan merujuk pada guru, atau madzhab, atau tidak pula kepada tempat/akal dan perasaan ataupun tradisi (Zakaria, 2003: 3). 

Inilah prinsip yang mereka pegang teguh, sehingga ini yang membuat pisau analisis mereka sangat tajam dalam memandang persoalan ummat. Sebab itulah saya memilih organisasi ini sebagai kendaraan perjuangan untuk menuju "yang dituju". Kelebihan ini yang menjadi pertimbangan saya untuk memilihnya. Namun itu tak lantas menjadikan saya bersikap fanatik (ta'asshshub) terhadap organisasi ini, sebab fanatisme sempit akan mengungkung kita dalam kejumudan dan ketidakterbukaan, yang akhirnya implikasi dari sikap tersebut adalah mengagung-agungkan diri/kelompok Persis sementara memandang  rendah kelompok yang lain yang jelas-jelas hal ini dilarang Islam sebab Islam menghendaki persatuan ummat dalam bingkai aqidah yang satu, berdasarkan tauhid dan dua kalimat syahadat (laa ilaaha illallah) sebagai ideologi.

'Ashabiyyah Gaya Baru

saya sebut 'Gaya baru', karena istilah 'ashabiyyah sendiri dahulu dinisbatkan kepada kabilah-kabilah di zaman jahiliyyah yang masing-masing menganggap bahwa kabilahnya-lah yang paling baik sementara menganggap kabilah lain tak lebih baik dari pada kabilahnya. Hal tersebut menimbulkan pertengkaran yang tak jarang berbuah peperangan saudara. Sementara setelah kesatuan (unity) ummat Islam hancur -setelah sekian masa dipersatukan dalam dien Islam sebagai bingkai aqidah yang lurus- maka yang terjadi selanjutnya adalah 'aqidah ummat Islam mulai terkontaminasi berbagai "gas beracun" yang berasal dari musuh-musuh Islam. maka istilah 'ashabiyyah ini selanjutnya -bagi beberapa pihak- mengalami pergeseran makna menjadi perpecahan dalam tubuh Islam sebagai implikasi dari degradasi aqidah karena telah terkontaminasi "gas beracun" tadi.

Tak menjadi ta'ashshub selama ia tak menjelek-jelekkan kelompok lain -yang karenanya dapat menimbulkan perpecahan di kalangan ummat Islam sendiri-, sebab dengan tidak menjelek-jelekkan kelompok lain ia berarti memahami bahwa corak berfikir setiap orang beragam. maka di sinilah semestinya sikap tasammuh berperan, dengan catatan selama ia masih berpegang pada pemahaman yang ia yakini sendiri, dan tidak menutup peluang datangnya kebenaran dari pihak lain. dengan kata lain ia senantiasa terbuka untuk tabayun (kroscek), sebab kebenaran boleh jadi datang dari pintu yang bahkan sebelumnya tak pernah terbuka. dan yang harus dipegang ummat Islam adalah bahwa kebenaran yang mutlak itu hanya satu, milikNya, yang ia mesti dicari hingga titik klimaks "mendekati" kebenaran tersebut. Dan ini tentunya tetap dilakukan di bawah koridor al-Quran dan as-Sunnah dan tetap berpegang teguh pada keduanya sebagai hablullah.

Karakter Da'wah Persis

Karakter da'wah Persis yang cenderung keras dan 'saklek' dalam artian ia tegas menyuarakan benar bila benar dan salah bila salah, sudah menjadi sifat khas bagi mereka. Bagaimana tidak, ini disebabkan berbagai faktor, yakni sinergitas antara nash-nash Islam serta karakter mad'u yang menjadi  objek dakwah mereka yang cenderung kembali ke zaman jahiliyyah, kondisi ini jelas berada pada masa awal pembentukan jam'iyyah ini. 

Hal ini pula yang kemudian menjadi sebab mengapa organisasi ini progresnya tak cukup signifikan dalam hal kuantitas.

Persis (Persatuan Islam) dibentuk untuk mempersatukan ideologi dalam "jama'ah" (dengan 'aqidah yang hanif), sesuai dengan prinsip al-Quran dan as-Sunnah secara pure, dan menangkal "gas-gas beracun" yang telah, sedang, atau akan hinggap di tubuh ummat  Islam di Indonesia akibat asimilasi & akulturasi budaya (dari non-syariat Islam) untuk mengembalikan ummat agar kembali kepada ideologi generasi awal Islam, generasi terbaik, yakni generasi sahabat Rasulullah saw (para salafus shalih). 

tentang Firqah

dalam sebuah riwayat:
kelak ummat Nabi Muhammad akan terpecah ke dalam 73 golongan (firqah), sementara hanya 1 golongan yang masuk surga.
Ada pernyataan nyeleneh akibat pemahaman sempit mengenai makna 'firqah' ini. yaitu bahwa jam'iyyah-jam'iyyah seperti Persis, NU, Muhammadiyyah, dan lain-lain adalah firqah yang dimaksud dalam hadits tersebut. Pemahaman ini mengakibatkan orang tersebut berkeyakinan bahwa "saya adalah orang yang netral", dalam arti mau apapun organisasinya dan apapun ideologinya ia terima begitu saja. ada juga yang memilih netral dengan membenci kelompok-kelompok (organisasi) tersebut. saya kira wajar, mungkin ini ekspresi mereka ketika 'cari aman', mereka takut kalau-kalau mereka masuk neraka. sebab perbandingan antara yang masuk surga dan yang masuk neraka dalam riwayat tersebut adalah 1:72.. hhe... ^_^"

Padahal saya kira ta'ashshub bisa saja terjadi pada tiap orang baik ia terjun ke dalam sebuah wadah pergerakan maupun tidak. Pertama, mereka yang menjustifikasi sebuah kelompok sebagai sesuatu yang salah karena kekelompokannya, ia mengira bahwa menciptakan satu kelompok adalah sebuah gerakan separatis, yakni memisahkan diri dari keutuhan ummat Islam (wahdatul ummah). Padahal di sisi lain, sebuah organisasi/kelompok (khususnya dalam Islam) tercipta sebagai bentuk reaksi atas sebuah 'aksi' tertentu. Pepatah bilang: "tak ada reaksi tanpa aksi, tak ada respon tanpa stimulus". Orang-orang yang beranggapan demikian sesungguhnya justru telah menegasikan dirinya dari sebuah percaturan problematika ummat. Yang mana organisasi-organisasi/kelompok ini muncul berkat problematika tersebut. Hanya saja terlalu banyak corak pemikiran yang mendiami tiap manusia di bumi sehingga sulit untuk menyatukannya. Dan pluralitas (keberagaman) dalam hal ini adalah sebuah keniscayaan. 

Kedua, sebagaimana yang telah diungkapkan di atas yaitu mereka yang terjun ke dalam sebuah wadah pergerakan/organisaasi massa (jam'iyyah) tertentu, kemudian ia menjadikan itu sebagai tujuan, bukan merupakan kendaraan ia tak menerima apa-apa yang datang selain dari kelompoknya. Syeikh atau pimpinannya adalah seseorang yang mesti dita'ati segala keputusan dan titahnya sehingga bagi mereka segala sesuatu yang datang dari kelompoknya adalah benar dan mesti diterima, sementara yang datang dari orang/kelompok lain ia tolak dan dinyatakan salah. mereka senantiasa akan menafikan kemungkinan kebenaran yang bisa saja terdapat pada kelompok lain.

Keduanya adalah salah. Sebab di dalamnya terdapat unsur: 1. meniupkan aroma kebencian yang justru dilarang syariat, karena inilah yang menjadi tunas bagi perpecahan ummat. 2. fanatisme sempit yang lebih dekat pada pengagungan akan sesuatu selain Allah. Dalam hatinya ia menempatkan satu posisi lain bagi hal yang bukan Allah. Inilah sebab mengapa sebagian ulama menyatakan bahwa taqlid (berekor secara 'buta' tanpa memahami hingga ke akar-akarnya) itu tercela, sebab taqlid lebih dekat dengan syirik. Sebagaimana halnya kelompok syi'ah yang para penganutnya ('penganut' karena secara praktis mereka menganut faham tertentu yang 'baru' bukan dari Nabi)  jauh lebih mencintai Ali ketimbang Rasulullah sehingga mereka memperlakukannya lebih dari seorang Nabi yang dijadikan uswah. Padahal Nabi Muhammad adalah khatamul anbiyaa. Keterangan ini terdapat dalam nash al-Quran yang qath'i  (QS al-Ahzab: 40), Sehingga jika mengingkarinya maka ia sudah tak mengimani kitaabullah.

Pernyataan nyeleneh tersebut menurut saya justru menunjukkan bahwa orang tersebut tak memiliki pendirian, orang yang tak memiliki pendirian berarti ia senantiasa siap menerima pendirian-pendirian lainnya. Kasarnya "split personality" atau berkepribadian ganda. Namun hendaklah ia memilih satu warna yang ia yakini dan tak menutup kemungkinan kebenaran yang dapat datang melalui celah pintu manapun, tidak menjatuhkan judgement tanpa terlebih dahulu mengenalinya, tidak menghukumi tanpa mengadili.

"My Choice"

Memebenamkan diri ke dalam suatu organisasi tertentu adalah sebuah pilihan. Seseorang akan menentukan pilihan ketika ia mengetahui dan memahami apa yang ia pilih, setelah melalui berbagai observasi sebagai usaha untuk mengenal pilihan-pilihan tersebut. Segala sesuatu pasti mengandung sisi baik dan sisi buruk. setiap organisasi sebagai bejana  bikinan manusia pasti memiliki nilai plus di satu sisi dan nilai minus di sisi lain. 

Di samping saya mengagumi sekelompok mujahid-mujtahid yang tergabung dalam wadah Persis ini, tentu nurani saya akan memberontak ketika di dalamnya terdapat sesuatu yang bertentangan dengan prinsip saya. Sebab, jangankan orang-orang yang tergabung dalam satu wadah (kelompok) yang saat ini banyak macamnya dan masing-masing mereka terkadang memiliki satu pendapat yang menimbulkan pertentangan di antara mereka, bahkan setiap otak pasti memiliki pandangan yang berbeda antara yang satu dan yang lain termasuk dalam organisasi bernama Persis itu sendiri, yang terkadang untuk 1 masalah saja menimbulkan fatwa beragam karena masing-masing ulama berijtihad dengan gayanya sendiri, sehingga dalam satu perkara seringkali antara satu ulama dan ulama lain berlainan pandangan. dalam perkara furu'iyyah misalnya shalat, terdapat satu ulama yang tata cara shalatnya berbeda dengan ulama lain bahkan dengan dewan hisbah sebagai majelis tinggi yang mengeluarkan fatwa-fatwa di organisasi ini. sekali lagi, masing-masing mereka berijtihad berdasarkan pemahaman yang mendalam, menggunakan pisau analisis yang tajam.

Nah, ketika setiap kepala memiliki cara pandang yang berbeda difahami sebagai hal yang lumrah karena merupakan fitrah manusia,  maka adalah salah ketika orang menganggap saya sebagai orang yang fanatik terhadap organisasi ini, karena ketika orang memiliki pandangan objektif -artinya ia berani menyatakan benar bila benar dan salah bila salah, sebagai ekspresi kejujuran terhadap dirinya sendiri-, ia takkan jumud dan terkungkung dalam stagnasi yang menutup pintu-pintu yang terbuka.

So, bagi saya Persis adalah "wahana" yang saya jadikan kendaraan untuk mengantar saya ke "tujuan". Jika para ulama -baik ulama terdahulu yang muncul di zaman khilafah berkuasa, maupun ulama kontemporer- memiliki keyakinan akan suatu kebenaran, maka saya pun meyakini kebenaran yang saya yakini sendiri.

once again,, i say that    " انْظرْ ما قال ولا تَنْظرْ منْ قال "   (lihatlah isi dari perkataan bukan siapa yang berkata)

و لا تقف ما ليس لك به علم، إنّ السّمع والبصر و الفؤاد كلّ أولئك مسئولا
( 36 :بني إسرائيل )
"Janganlah kalian mengambil apa yang kalian tak memiliki ilmu tentangya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, kesemuanya itu akan dimintai pertanggunjawaban."

إياكم والظّنّ فإنّ الظّنّ اكذب الحديث   (jauhilah prasangka, karena prasangka adalah sedusta-dusta omongan)



by:
Risna Inayah_
إبتسامة خفيفة  ^^"

biarkan terbang

Rabbiy, izinkanlah energi positifMu senantiasa mengalir bersama tiap-tiap sel darah merah dalam tubuhku, melewati setiap milinya sehingga energi itu akan senantiasa mengiringi setiap hela nafas serta serat-serat otot kakiku untuk berlari kencang kemudian terbang mencari cintaMu,,,,