Ya, memang hanya segelintir orang
yang mampu menyadari bahwa “relitas” itu ada empunyanya.
Kedipan mata, otot-otot mata yang
mengedipkannya, darah yang mengaliri stiap milinya, susunan material yang
membentuk alat perekam canggih bernama bola mata, lalu sisitem saraf yang
rujmit yang koneksinya ke seluruh anatomi tubuh, Sehingga kita mampu
menyaksikan dan mengalami realitas.
Begitulah manusia, alangkah merupakan
ciptaan agung dari Sang Maha Agung, dengan segala rahasia tentangnya yang masih
belum terungkap oleh kemampuan penyelidikan empirisnya sendiri.
Realitas. Atmosfer alam yang dapat
diindera serta atmosfer sosial yang dapat dirasa, betapa merupakan suatu
mahakarya Sang Maha, Allah.
Semakin menyadari segala keagungan
itu, semakin kita ciut dan kerdil di hadapanNya. Maka hanya Dia-lah Allah Yang
pantas menjadi kecenderungan insan di atas segala sesuatu, Dia Yang ketentuan
dan kehendaknya mesti kita realisasikan.
Jangan pernah berhenti menelaah
firmanNya (al-Quran dan as-Sunnah) untuk mengetahui baik-buruknya setiap amal
kita, karena hanya itu cara kita berusaha memahami firman tersebut, agar
“ingin”Nya terealisasi.