Sunday, November 4, 2012

Muslim itu Manusia Kelas Atas


Muslim itu harus high quality. Keimanan yang muncul dari pemahaman atas haqiqat realitas baik yang ditangkapnya melalui penerawangan terhadap ayat-ayat kauniy maupun ayat-ayat qauliy merupakan kesadaran dalam arti “Hidayah” yang teramat mahal harganya, tak semua insan memeroleh kesadaran tersebut.
Melaui pemahaman akan realitas, seorang insan akan menemukan Eksistensi yang Maha Eksis di baliknya. Ketundukkan terhadap Entitas Yang Paling Riil dan Pling Eksis tersebut adalah bentuk penyerahan diri (Islamnya) seorang ‘aaqil yang haqiqi. Iman adalah wujud dari ‘aqal yang telah mencapai puncak kesempurnaan pendayagunaannya, karenanya manusia menempati kelas tertinggi di atas  segenap makhluqNya yang lain.
Mu`min itu kayyis, ia senantiasa berorientasi akhirat dalam segala situasi dan kondisi. Hatinya senantiasa tertambat kepadaNya, hanya tunduk, takut, dan menyerahkan segala urusan kepadaNya.
Jadilah Insan unggulan itu, dialah mu`min yang senantiasa berada di ‘puncak’ di atas yang bukan mu`min dalam segala situasi dan kondisi. Karena mu`min itu manusia kelas atas.

Muslim itu harus high quality


Muslim itu harus high quality. Keimanan yang muncul dari pemahaman atas haqiqat realitas baik yang ditangkapnya melalui penerawangan terhadap ayat-ayat kauniy maupun ayat-ayat qauliy merupakan kesadaran dalam arti “Hidayah” yang teramat mahal harganya, tak semua insan memeroleh kesadaran tersebut.
Melaui pemahaman akan realitas, seorang insan akan menemukan Eksistensi yang Maha Eksis di baliknya. Ketundukkan terhadap Entitas Yang Paling Riil dan Pling Eksis tersebut adalah bentuk penyerahan diri (Islamnya) seorang ‘aaqil yang haqiqi. Iman adalah wujud dari ‘aqal yang telah mencapai puncak kesempurnaan pendayagunaannya, karenanya manusia menempati kelas tertinggi di atas  segenap makhluqNya yang lain.
Mu`min itu kayyis, ia senantiasa berorientasi akhirat dalam segala situasi dan kondisi. Hatinya senantiasa tertambat kepadaNya, hanya tunduk, takut, dan menyerahkan segala urusan kepadaNya.
Jadilah Insan unggulan itu, dialah mu`min yang senantiasa berada di ‘puncak’ di atas yang bukan mu`min dalam segala situasi dan kondisi. Karena mu`min itu manusia kelas atas.

Konsekuensi Iman


Keimanan menuntut konsekuensi pandangan yang objektif, jujur, proporsional terhadap segala sesuatu.
Pandangan yang subjektif hanya untuk dan terhadap Allah swt, yaitu keyakinan bahwa kebenaran hanya milikNya dan dating dariNya. Sementara manusia adalah makaanu l-khatha` wa n-nisyaan (tempat alfa dan lupa) yang mesti mencari kebenaran itu lewat objektivitas berdasarkan akal yang sehat terhadap kombinasi dari ayat-ayat kauniy dan ayat-ayat qauliy.
Subjektivitas terhadap Allah serta objektivitas terhadap makhluqNya membangun pandangan dan cara hidup yang kokoh, tidak mengenal ketakutan terhadap dunia dan perkara duniawinya.
Itulah mu`min sejati..
Jangan pernah berhenti mencari kebenaran yang sejati, haqiqi, yang kan memupuk iman itu semakin kuat membaja tuk beroleh derajat taqwa, akramu n-naasi ‘indallah,,

Semakin MerinduiNya


Ya, memang hanya segelintir orang yang mampu menyadari bahwa “relitas” itu ada empunyanya.
Kedipan mata, otot-otot mata yang mengedipkannya, darah yang mengaliri stiap milinya, susunan material yang membentuk alat perekam canggih bernama bola mata, lalu sisitem saraf yang rujmit yang koneksinya ke seluruh anatomi tubuh, Sehingga kita mampu menyaksikan dan mengalami realitas.
Begitulah manusia, alangkah merupakan ciptaan agung dari Sang Maha Agung, dengan segala rahasia tentangnya yang masih belum terungkap oleh kemampuan penyelidikan empirisnya sendiri.
Realitas. Atmosfer alam yang dapat diindera serta atmosfer sosial yang dapat dirasa, betapa merupakan suatu mahakarya Sang Maha, Allah.
Semakin menyadari segala keagungan itu, semakin kita ciut dan kerdil di hadapanNya. Maka hanya Dia-lah Allah Yang pantas menjadi kecenderungan insan di atas segala sesuatu, Dia Yang ketentuan dan kehendaknya mesti kita realisasikan.
Jangan pernah berhenti menelaah firmanNya (al-Quran dan as-Sunnah) untuk mengetahui baik-buruknya setiap amal kita, karena hanya itu cara kita berusaha memahami firman tersebut, agar “ingin”Nya terealisasi.

Muslim??? jangan cuma "biasa"


12102012
tahukah kamu, katanya seorang jenius Albert Einstein hanya baru menggunakan 7 persen persen otaknya?
Hal ini menunjukkan bahwa sebetulnya kita memiliki potensi yang sama luar biasanya untuk didayagunakan. Sesungguhnya kita bisa melakukan apapun yang kita inginkan asal kita mau memulai langkah untuk melakukannya.
Seorang Habibie yang teknokrat terkemuka dunia, menguasai sedikitnya 3 bahasa asing (yang saya tahu), jpenilis buku-buku pemikiran, bahkan buku perjalanan hidup beiau bersama istrinya yang begitu inspiring.
Seorang intelektual muslim M. Natsir, sekaligus seorang cendekiawan, beliau menguasai 6 bahasa (kalau tidak salah hitung), penulis kenamaan yang produktif, salah seorang peletak dasar konsep pendidikan Islam di Indonesia, negarawan ulung, pahlawan nasional, bahkan ulama terkemuka yang dapat disejajarkan dengan Abul A’la al-Maududi, dan lain-lain terlebih dalam hal konsep Negara Islam.
Ibnu Khaldun, Imam al-Ghazali, al-Khawarizmi, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Ibnu Qayyim al-Juziyyah, para Imam fiqih, para muhaddits,, serta ulama muslim lainnya memiliki kompetensi yang lengkap dalam banyak hal. Mereka adalah para faaqih, ‘aalim, hukamaa` (filosof), bahkan syu’araa (pujangga), memiliki keahlian di bidang sains, serta kompetensi-kompetensi luar biasa lainnya.
Kita masih muda, masih banyak kesempatan, sangat banyak potensi yang bisa dieksplorasi, tinggal bagaimana seni kita dalam memenejnya.

bebas berekspresi???


08102012
Entah siapa yang pertama kali menggagas jargon FIB “Kebebasan berekspresi” yang dikukuhkan dan disebut berkali-kali dalam launching penggantian nama fakultas dari “Fakultas Sastra” menjadi “Fakultas Ilmu Budaya” beberapa bulan yang lalu.
Yang jelas sejak itu dalam pengamatan saya, jargon yang sarat dengan pesan-pesan liberalisme dan humanisme ini mengantar kita pada situasi yang semakin menyesakkan. Karena jargon ini, kini misionaris semakin percaya diri memampangkan brosur-brosur ‘dakwah’ mereka. Masih ingat pamflet berisi tulisan “buanglah koruptor pada tempatnya!” yang ditempel di seluruh mading di lingkungan fakultas bahkan di seluruh tempat sampah. Dan siapa sangka, al-Islam yang merajai pemasaran bulletin Islam di kampus Unpad-pun sepertinya ingin mereka saingi.
Tak hanya itu, dampak lain yang saya rasakan dari munculnya jargon baru tersebut ialah sivitas akademika FIB baik jurusan barat maupun bukan (mungkin jurusan Sastra Arab yang paling aman) kini semakin berani menampakkan wajah-wajah budaya mereka yang kental dengan pemuasan hawa nafsu melalui ekspresi diri dan seni yang tidak mengindahakan kaidah-kaidah normatif apalagi agama.
Satu lagi, himpunan mahasiswa Kristen yg dikenal dengan PMK semakin giat dalam usahanya melegalisasi kegiatan keagamaan mereka di FIB dengan berbagai cara, salah satunya memasukkan delegasi mereka ke dalam jajaran senator mahasiswa dalam rangka pembuatan RUU kegiatan kemahasiswaan.
What should we do guys?????????

biarkan terbang

Rabbiy, izinkanlah energi positifMu senantiasa mengalir bersama tiap-tiap sel darah merah dalam tubuhku, melewati setiap milinya sehingga energi itu akan senantiasa mengiringi setiap hela nafas serta serat-serat otot kakiku untuk berlari kencang kemudian terbang mencari cintaMu,,,,